Sunday, September 5, 2010

Batik Purbalingga, Siap Mendunia


Meski keberadaan batik tulis khas Purbalingga belum semaju daerah yang lain, tetapi dinilai berpotensi untuk menembus pasar nasional maupun internasional. Apalagi keberadaan batik saat ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Tentu saja, untuk mencapainya, perajin batik tulis khas Purbalingga dituntut untuk terus memacu kreativitasnya agar bisa terus eksis. Saat ini, katanya, batik tulis Purbalingga masih terlalu banyak terpengaruh pakem Banyumasan yang cenderung berwarna gelap. Pengrajin juga minim kreasi sehingga batik ‘made in’ purbalingga kurang disukai.
Menurut Teguh Trianton pemerhati batik purbalingga dalam tulisanya di Suara Merdeka, selama ini motif batik Purbalingga masih sangat monoton. Dua motif batik yang menonjol adalah motif lumbon atau daun keladi serta jahe serimpang, dengan dominasi warna hitam dan putih.
Akibatnya motof yang ‘kuno’ itu yang mau menggenakan busana batik ini hanya 0rang-orang tua. Pasarnya pun akhirnya menjadi terbatas karena anak muda yang lebih up to date tentang fashion tak suka dengan coraknya.
Promosi juga masih kurang. Buktinya, batik purbalingga kurang dikenal di level nasional apalagi internasional. Pengrajin juga menilai batik sebagai produk industri yang kurang menguntungkan. Di sisi lain, kerajinan ini kekurangan penerus. Perajin batik saat ini didominasi ibu-ibu yang sebagian besar sudah lanjut usia. Pemuda atau pemudinya cenderung enggan meneruskan warisan adiluhung ini.
Padahal, batik tulis Purbalingga sebenarnya memiliki potensi yang besar. Pada even Pemilihan Elite Model dan Citra Batik Indonesia Tingkat Nasional, batik purbalingga memperoleh gelar Juara Umum Citra Batik Nasional 2008.
Hal ini kemudian, menginspirasi pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah tentang penggunaan pakaian batik. Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Purbalingga diwajibkan untuk memakai batik setiap hari Kamis dan Sabtu. Event budaya seperti Gelar Cipta Karya Batik Purbalingga 2010 pun digelar rutin. Anak muda juga dikenalkan melalui fashion show tahunan.
Industri batik pun mulai tumbuh. Dinas Perindustiran, Perdagangan dan Koperasi Purbalingga, hingga saat ini telah mencatat ada 242 perajin batik. Pengrajin tersebar di 5 kecamatan yaitu Bobotsari, Karanganyar, Bojongsari, Purbalingga dan Karangmoncol.
Akhir-akhir ini, saya lihat toko-toko pakaian jadi di Purbalingga pun telah menempatkan batik ditempat yang terhormat. Batik, sudah menjadi fashion yang harus ada di lemari pakaian.

0 comments:

Post a Comment